Mengapa petani perlu melakukan analisa usaha tani?

Sahabat Pak Tani apakah pernah menghitung sebenarnya usaha tani yang sedang dijalankan sekarang itu untung atau rugi?

Sadar atau tidak, dengan keseharian yang sibuk di sawah, petani sering lupa hitung sebenarnya untung atau tidak yah usaha taninya? Berapa keuntungan bersih yang didapatkan per bulan? Apakah bisa menutupi biaya operasional? Sebanding tidak dengan jerih payah yang dikeluarkan? 

Oleh sebab itu, PENTING sekali untuk Sahabat Pak Tani mulai membiasakan diri untuk mencatat dan mulai menganalisa usaha tani yang sedang dijalankan, supaya:

1. Petani bisa memproyeksikan untung rugi hingga jumlah penghasilan yang didapat.

2. Petani mengerti dan mengetahui komponen biaya dan dampaknya pada hasil budidaya sehingga petani bisa mengoptimalkan biaya yang dikeluarkan, mengurangi biaya yang masih bisa ditekan tanpa mempengaruhi hasil produksi.

3. Setelah menganalisa, petani juga dapat menyusun strategi untuk menambah kegiatan usaha atau mencari peluang lain agar kebutuhannya dapat terpenuhi.

Semua ini agar petani bisa semakin sejahtera tentunya dan lebih semangat karena memiliki target usaha yang jelas, tidak sekedar sibuk di sawah ya.

CARA ANALISA USAHA TANI

Untuk Sahabat yang masih bingung mulai dari mana, pada artikel ini kita akan membahas teori analisa usaha tani. Pada dasarnya usaha tani terdiri dari 2 jenis komponen biaya, yaitu:

a. Total Fixed Cost, adalah biaya tetap yang dikeluarkan petani namun tidak mempengaruhi hasil produksi. Komponen TFC (Total Fixed Cost) meliputi biaya sewa lahan, biaya pengolahan tanah, biaya tenaga kerja perawatan, biaya sewa alat pertanian serta iuran irigasi.

b. Total Variable Cost, adalah biaya yang besarnya mempengaruhi hasil produksi. Komponen TVC (Total Variable Cost) meliputi pembibitan, pemupukan, pestisida, hingga pasca panen.

Terakhir, Total Cost adalah jumlah kedua biaya diatas. TC = TFC + TVC.

MENGOPTIMALKAN ANALISA USAHA TANI

Setelah menghitung seluruh pengeluaran tersebut, saatnya Sahabat menilai dan menganalisa apakah Total Pemasukan (Total Revenue) yang didapat sudah dapat menutupi semua pengeluaran tersebut. 

Apakah ada aspek yang masih dioptimalkan lagi potensinya, mulai dari perawatan hingga pengolahan pasca panen? Jangan sampai salah! Kadang biaya perawatan yang sedikit lebih tinggi juga bisa mengubah hasil produksi dengan signifikan lho. Yuk simak contoh studi kasus berikut ini:

1.Contoh Analisa Usaha Tani – Lahan Jagung SU di Blora

AUSTAN Jagung di lahan petani di Blora
AUSTAN Jagung di lahan SU di Blora

Kesimpulan:

Biaya perawatan yang sedikit lebih tinggi pada lahan jagung perlakuan SU ternyata berdampak signifikan pada hasil panen yang naik 16% (dari 9,500 ke 11,000kg), dan pendapatan yang naik Rp 4.500.000/ha

2.Contoh Analisa Usaha Tani – Lahan Padi SU di Klaten

Perbedaan pendapatan kotor (sebelum dikurangi biaya tetap atau fixed cost, dan biaya pasca panen) lahan yang full menggunakan produk SU per hektar bisa mencapai 3x lipat dari lahan dengan produk campuran. KOK BISA?

Iya, karena pemupukan dan perawatan tanaman padi adalah kunci dari produktivitas (yield) padi Sahabat. Sesuai data BPS, produktivitas padi rata-rata di Indonesia adalah 5,1 TON/Ha, tapi dengan produk SU, panen padi bisa mencapai 11 TON/Ha. NAMUN INGAT! bukan asal pupuk banyak ya, tapi ikuti anjuran pupuk yang berimbang dan sesuai kebutuhan hara padi Sahabat.

Jadi, Sahabat Pak Tani setuju kan bahwa melakukan analisa usaha tani itu penting?

Kembali Ke Cerita
Bagikan Artikel Ini
Share to FacebookShare to TwitterShare to WhatsappCopy Link

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *